Pembangunan Berbasis Agama
Agama adalah sebuah sistem kepercayaan yang terdiri dari seperangkat sistem nilai dan norma yang mengatur bagaimana manusia harus berhubungan denga Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan lingkungan alam. Agama tidak hanya sekedar fakta sosial dalam masyarakat. Melainkan agama juga bisa dijadikan sebagai media dalam memberdayakan suatu masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa untuk menggalang dukungan masyarakat dalam pembangunan sangatlah tidak mudah. Apalagi masyarakatnya seudah berpandangan buruk duluan terhadap pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Oleh karena itu pembangunan harus disesuaikan konyeksnya dan masyarakat pun harus dilibatkan dalam proses pembangunan.
Masyarakat tidak hanya menjadi sekedar objek pembangunan yang menunggu segalal sesuatunya dari pemerintah. Masyarakat harus menjadi subjek pembangunan dimana agama dapat dijadikan sebagai energi sosialnya. Tentu saja agama yang dimaksud adalah agama yang dianut oleh masyarakat lokal dimana konsep dasar pembangunan yang dilakukan mengedankan kearifan lokal masyarakatnya.
Baik masyarakat atau pun individu pada dasarnya digerakan oleh motif sosial dalam bertindak. Setidaknya ada 3 motif sosial yang menderong manusia harus melakukan tindakan, yaitu: motif biogenetis, motif sosiogenetis dan motif teogenetis. Dari ketiga motif tersebut, motif teogenetis adalah energis sosial yang paling dasyat. Doktrin agama tidak hanya sekedar menjadi pedoman dalam menetukan baik dan buruk saja, melainkan juga menjadi konstrol sosial bagi individu dalam melakukan suatu tindakan.
Oleh karena itu, pembangunan berbasis agama ini bisa dilakukan dengan melibatkan pemuka agama sebagai "idea maker" yang akan menularkan pemahamannya terhadap masyarakat luas. Tokoh agama lebih dipercaya oleh khalayak dari pada tokoh pemerintahan. Hal tersebut merupakan potensi yang strategis bagi pembangunan.