Ramalan Masa Depan dalam Pendekatan Sosiologis - Daniel Bell


Dalam analisa sosiogolgisnya, Daniel Bell menggunakan pendekatan ramalan sosial (social forcasting) yang menggabungkan perspektif makroteoritis, yang merupakan bagian dari perpektif sosiologi klasik dengan minat yang diperbaharui dalam sosiologi yang relevan dan bermanfaat. Sama seperti halnya Mills dan Etzioni, Bell juga mencoba menghadirkan sebuah teori sosiologi yang relevan, yaitu sosiologi yang siap memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan berskala luas. Manfaat dari ramalan sosialnya adalah untuk melakukan perincian rintangan-rintangan atau batas-batas dimana berbagai keputusan kebijakan dapat lebih diefektifkan.
Melaui pendekatan ramalan sosialnya, Bell mencoba membuat garis besar peringkat kemungkinan dari berbagai kecendrungan historis. Hal ini menjadi mungkin apabila terdapat keteraturan dan keajegan fenomena atau terdapat kecendrungan kuat yang arahnya dapat disajikan dalam seritempo dirumuskan sebagai kecendrungan-kecendrungan historis.[1] Dari ramalan sosial ini, dapat disimpulkan bahwa perkembangan masyarakat menurut Bell dimulai dari masyarakat pra-industri, masyarakat industri dan masyarakat post-industri.
Masyarakat pra-industri ditandai dengan sektor ekonomi yang sangat bergantung pada alam (hewan, tanaman, musim, air dan sebagainya) dengan menggunakan kekuatan otot. Artinya sektor utama ekonomi dilandaskan pada hasil-hasil pertanian, pertambangan, perikanan dan kayu. Sumber utama pada masyarakat pra-industri adalah tanah. Figur yang dominan pada masyarakat ini adalah pemilik tanah dan militer (karena melindungi tanah itu).
Masyarakat industri ditandai dengan sektor ekonomi yang bertumpu pada aktivitas produksi barang dengan menggunakan kekuatan energi. Sumber utama pada masyarakat industri adalah mesin (alat produksi). Figur dominan pada masyarakat ini adalah kaum pengusaha dimana kekuasaan mereka didasarkan pada kekuasaan tidak langsung dalam politik.
Sementara, pada masyarakat post-industri, aktivitas sektor ekonomi bertumpu pada informasi atau ilmu pengetahuan. Kemunculan masyarakat ini ditandai dengan peralihan dari masyarakat penghasil barang menjadi masyarakat penghasil jasa; pertumbuhan jenis kerja kelas profesional dan teknis; pemusatan pengetahuan teoritis[2]; orientasi masa depan; serta pengambilan keputusan dan pencitaan teknologi intelektual baru. Dalam masyarakat post-industri, sumber utama sistem stratifikasi dan kekuasaannya adalah ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, figur dominan pada masyarakat post-industri ini adalah kaum ilmuwan dan peneliti. Sistem kelas masyarakat post-industri didasarkan pada pengetahuan yang direpresentasikan oleh prestasi dan kemampuan pribadi.







[1] Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013), h. 375
[2] Dalam masyarakat post-industri pengetahuan teoritis  abstrak (politis) lebih unggul dari pengetahuan empiris yang konkret (penemuan). Poloma, Op.Cit., h. 379
LihatTutupKomentar

Iklan