Teori Evolusi Sosial Emile Durkheim
Teori Evolusi Sosial Emile Durkheim
Evolusi sosial adalah perubahan sosial yang berlangsung secara bertahap. Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha menyesuaikan dengan keperluan, keadaan, dan kondisi yang baru. Dalam teori evolusi sosialnya, Durkheim memberikan sumbangan pemikirannya tentang solidaritas sosial yaitu perubahan solidaritas mekanis menjadi solidaritas organis.
Dalam “The Division of Labour In Society”, Durkheim menjelaskan tentang perubahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat moderen. Dalam karyanya tersebut, Durkheim mengklasifikasikan bentuk-bentuk solidaritas kedalam dua tipe, yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas organis. Solidaritas mekanis adalah bentuk solidaritas masyarakat yang didasarkan pada kesamaan (homogentias) dalam kepercayaan, pandangan, nilai dan memiliki gaya hidup yang kurang lebih sama. Homogenitas ini juga terlihat pada pembagian kerja dalam masyarakat yang rendah yang mana hanya terspesialisasi menurut usia dan jenis kelamin. Dalam hal ini, orang yang lebih tua diharapkan menjadi pemimpin dan penasihat yang bijaksana sedangkan kaum hawa terspesialisasi dalam urusan rumah tangga seperti mengurus rumah, anak dan memasak. Pada tipe solidaritas ini masyarakat didasari oleh kesadaran kolektif yang kuat dan terdapat pada masyarakat primitif yang sederhana.
Sementara itu, solidaritas organis adalah bentuk solidaritas yang masyarakat didasarkan pada perbedaan dimana tingkat pembagian kerjanya sangat tinggi dan saling tergantung satu sama lain. Karena pembagian kerja mulai meluas, maka kesadaran kolektif pelan-pelan mulai menghilang. Orang yang aktivitas pekerjaannya menjadi lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi akan merasa bahwa dirinya berbeda antara yang satu dengan yang lain dalam kepercayaan, pandangan, nilai, juga gaya hidupnya. Dalam hal ini, pekerjaan berpengaruh pada pengalaman hidup seseorang. Beraneka ragamnya corak atau jenis pekerjaan maka akan berpengaruh pula pada kepercayaan, pandangan, nilai dan gaya hidup seseorang pada umumnya. Heterogenitas yang demikian bertambah tersebut tidak pula menghancurkan solidaritas sosial masyarakat. justru sebaliknya, karena pembagian kerja semakin tinggi, individu dan kelompok dalam masyarakat merasa menjadi semakin tergantung antara yang satu dengan yang lain daripada hanya mencukupi kebutuhannya sendiri saja. Pada masyarakat ini lebih membutuhkan spesialis pekerjaan lain untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan meningkatnya secara bertahap saling ketergantungan fungsional antara berbagai bagian masyarakat heterogen ini memberikan suatu alternatif baru untuk sebuah kesadaran kolektif sebagai dasar solidaritas sosial yang dinamakan solidaritas organis dan yang berkembang pada masyarakat moderen (Johnson, 1988: 187).
Berikut ini adalah klasifikasi sifat-sifat pokok dari masyarakat yang di dasarkan pada solidaritas mekanis dan masyarakat yang didasarkan pada solidaritas organis :
1. Solidaritas Mekanis
- Rendahnya tingkat pembagian kerja
- Kesadaran kolektif kuat
- Hukum representatif dominan
- Individualitas rendah
- Konsensus terhadap pola-pola normative itu penting
- Keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang
- Ketergantungan individu relatif rendah
- Bersifat primitif atau pedesaan.
2. Solidaritas Organis
- Tingginya tingkat pembagian kerja
- Lemahnya kesadaran kolektif
- Didominasi oleh hukum restitutif
- Tingkat individualitas yang tinggi
- Terdapat badan-badan (lembaga) yang secara khusus bertugas sebagai kontrol sosial terhadap perilaku menyimpang
- Tingkat saling ketergantungan yang tinggi
- Bersifat industrial perkotaan ( Sumber : Ranjabar, 2008:31).