Relasi Agama dan Ekonomi dalam Masyrakat

Pada kenyataannya, agama tidak hanya sekedar mengatur bagimana manusia harus berhubungan dengan Tuhannya saja. Melainkan agama juga mengatur hubungan antar sesama manusia, salah satunya adalah pada aspek ekonomi. Tidak bisa dipungkiri lagi, nilai dan norma sosial agama mempunyai peranan yang oneting dalam memperngaruhi perilaku dan etos kerja masyarakat dalam menjalankan aktivitas ekonominya.
 
Kajian mengenai agama dan ekonomi sebenarnya sudah sejak lama dikaji oleh tokoh sosiologi klasik Max Weber. Dalam karya yang berjudul Die Protestantische Ethik un der Giest Des Kapitalismus (Etika Prtestan dan Semangat Kapitalisme) Weber menjelaskan bahwa agama mempunyai relasi yang kuat dengan etos kerja suatu masyarakat. Dalam hal ini, Weber melihat semangat kapitalisme yang tumbuh sumbuh subur di kalangan penganut agama protestan sendiri disebabkan oleh ajaran agama protestan yang memandang kesuksesan di dunia sebagai tanda keberkahan dari Tuhan.
 
Dalam penelitiannya, Weber mengamati kehidupan orang-orang Katholik dan Protestan. Ia melihat perbedaan mencolok antara orang-orang Katholik dan Protestan dalam menjalankan kehidupan perekonomian sehari-hari. Ia melihat orang Katholik yang taat beragama lebih banyak menghabiskan waktu dengan menjalani ritus monastik di gereja, menghamba mendapat surat penebusan dosa dari pendeta, dan bekerja ala kadarnya di lahan pertanian. Mereka lebih banyak menyibukan diri di gimnasium setelah keseharian bergelut dengan rutinitas agama.
  
Sementara itu, orang-orang Protestan menskipun merek juga gemar melafalkan ayat-ayat bibel dalan setiap perhelatan gerejawi, mereka juga gemar mengumpulkan harta duniawi, bekerja dengan semangat dan belajar debgan giat disekolah. Hal ini disebabkan oleh pengaruh ajaran calvinisme yang mengatakan bahwa untuk menjadi manusia terpilih, manusia harus mendapatkan panggilan (calling) untuk menghindari sikap boros, tidak berfoya-foya, dan hidup hemat. Calling dalam konsep teolog Calvinisme dimaknai sebagai bentuk tertinggi dari kewajiban moral bagi individu, yaitu dengan memenuhi tugas-tugasnya dalam urusan duniawi.
   
Tuhan telah mentaqdirkan seorang manusia masuk neraka atau masuk surga. Menurut Calvin, Tuhan sudah mengambil keputusan tanpa pertimbangan kebajikan yang diperbuatnya. Namun manusia mempunyai pengetahuan yang terbatas, manusia tidak dapat mengetahui takdirnya sendiri, karena itu adalah urusan Tuhan. Maka, untuk menepis kecemasan selama hidup apakah dirinya masuk surga sebagai orang yang dipilih Tuhan, atau sebaliknya ia akan masuk neraka, para pengikut Calvin berusaha untuk menjadi individu yang hidup secara lurus dan rajin bekerja keras. Dengan demikian, untuk menjadi manusia terpilih dan mendapatkan calling dari Tuhan, maka orang harus dan bermoral baik disebabkan Tuhannya telah memilih siapa saja dari umatnya yang berbuat benar.
 
Kesalehan orang-orang protestan yang diamati oleh Weber diukur dari gairah dan etos kerja yang dimilikinya. Semakin banyak harta yang dikumpulkannya dengan hemat dan rajin bekerja, maka semakin besar ketebalan imannya pula. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit harta yang dikumpulkan seseorang karena kemalasan dan mudah berfoya-foya, maka semakin lemah pula imannya. Dokrtin agama tersebutlah yang menurut Weber menyebabkan tumbuhnya semangat kapitalisme yang tinggi di kalangan orang-orang Protestan.

  

LihatTutupKomentar

Iklan