Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
Rembug Warga : Merencanakan Pembangunan
Bentuk-bentuk perubahan sosial dapat dilihat dari segi waktunya (cepat atau lambat), skalanya (besar atau kecil) dan keterlibatan manusianya (direncanakan atau tidak).
1. Perubahan yang cepat (revolusi) dan perubahanyang lambat (evolusi).
Menurut Sztompka,[1] revolusi merupakan wujud perubahan sosial yang paling spektakuler, sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis dan pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan pembentukan ulang manusia. Menurutnya, revolusi mempunyai lima perbedaan dengan bentuk perubahan sosial, yaitu:
Pertama, revolusi menimbulkan perubahan dalam cakupan terluas yang menyentuh semua tingkat dan dimensi masyarakat baik ekonomi, politik, budaya organisasi sosial, kehidupan sehari hari.
Kedua, Revolusi bersifat radikal, fundamental, dan menyentuh inti bangunan dan fungsi sosial.
Ketiga, perubahan sosial yang terjadi berlangsung sangat cepat dan tiba-tiba.
Keempat, revolusi merupakan “pertunjukan” sosial paling menjol dalam masyarakat, sehingga mudah di ingat dan diidentifikasi.
Kelima, revolusi membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa, antusiasme, kegemparan, keriangan, kegembiraan, optimisme, harapan, perasaaan hebat dan perkasa, aktivisme, serta melambungkan aspirasi dan pandangan utopia ke masa depan.
Sementara itu, evolusi merupakan perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Herbert Spencer[2] memandang evolusi sebagai suatu proses yang unversal, sehingga hukum alam dapat diterapkan secara unversal. Berkaitan dengan evolusi sosial sebagai aspek dinamis dalam masyarakat, ia menggaris bawahi sejumlah proses yang berbeda, yaitu
1) Proses pergerakan yang berkelanjutan (continuty of motion).
2) Perpindahan dari masyarakat yang homogen menjadi masyarakat yang heterogen.
3) Proses perhimpunan materi-materi superorganik.
4) Proses perubahan / perpindahan masyarakat yang terus menerus menuju persamaan –suatu keadaan yang mengakibatkan pecahnya atau sekilas berubahnya bahwa perubahan menjadi satu.
Menurut Spencer,[3] peningkatan jumlah anggota masyarakat merupakan awal perkembangan masyarakat, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya organisasi-organisasi kemasyarakatan yang semakin baik. Menurutnya, masyarakat berevolusi melalui diferensiasi strukrutural dan fungsi, yaitu: dari yang sederhana menuju yang kompleks; dari tanpa bentuk yang dapat dilihat ke keterkaitan bagian-bagian; dari homogen yang seragam ke heterogen yang terspesialisasi; serta dari ketidakstabilan menuju kestabilan.
Sementara itu, Durkheim melihat evolusi sosial sebagai proses perubahan integrasi sosial masyarakat, dari solidaritas sosial mekanik menjadi solidaritas sosial organik. Pada solidaritas sosial mekanik, integrasi didasarkan atas kesamaan (homogenitas) dalam kepercayaan dan nilai. Sementara pada solidaritas organik, integrasi didasarkan pada saling ketergantungan antara bagian-bagian yang terspesialisasi yang lebih menyeluruh dan mendalam.
Evolusi sosial ini menurut Durkheim disebabkan oleh perubahan demografik yang mengakibatkan peningkatan kepadatan moral (frekuensi interaksi antar manusia) dan perjuangan kompetitif untuk mempertahankan hidup. Interaksi yang semakin bertambah meningkatkan kerja sama yang semakin tinggi dan merangsang munculnya gagasan-gagasan baru.[4]
2. Perubahan yang kecil dan perubahan yang besar
Suatu perubahan disebut besar atau kecil tergantung pada besar-kecilnya pengaruh yang diakibatkannya terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan sosial yang kecil pada dasarnya merupakan perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung yang berarti bagi masyarakat. Sementara, perubahan yang besar merupakan perubahan yang membawa pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat.[5]
Misalnya, perubahan mode dalam berpakaian adalah perubahan yang bersifat kecil, karena tidak pengaruh besar bagi aspek-aspek sosial masyarakat yang lainnya. Sementara itu, perubahan corak produksi masyarakat dari sektor agraris ke industri bisa dikatakan sebagai perubahan beskala besar, karena dampak yang ditimbulkannya sangat berpengaruh bagi aspek-aspek sosial lainnya.
3. Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan
Perubahan yang direncanakan ditandai dengan adanya perencanaan mengenai kemana arah perubahan tersebut akan ditujukan oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan, yaitu agent of change (agen perubahan). Agent of change merupakan seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin pada satu atu lebih lembaga kemasyarakatan.[6] Perubahan ini beralngsung dalam kontrol agen yang mengadakan perubahan. Dengan demikian, perubahan ini pada dasarnya merupakan hasil rekayasa sosial yang sengaja diciptakan dan perubahan tersebut masih berada dibawah kontrol agent of change.
Sementara itu, perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang terjadi tanpa direncakan dan berada di luar jangkauan atau pengawasan masyarakat. Perubahan ini seringkali menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak dikehendaki. Misalnya, industrialisasi yang mengakibatakan konsentrasi penduduk pada wilayah tertentu, pencemaran lingkungan dan individualisme.
[1] Nanang Martono, Sosiologi Perubahan sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. (jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 14
[2] Lihat : Graham C. Kinloch, Perkembangan dan Paradigma Utama Teori Sosiologi, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 82 - 83
[3] Martono, Op.Cit., h. 49.
[4] Johnson, Op.Cit., h. 188
[5] Martono, Op.Cit., 16
[6] Ibid.