Analisa Klas-Klas Dalam Masyarakat Tiongkok
Mao Zedong (1926)
Sumber : Pilihan Karya Mao
Ce-tung, jilid I, halaman 13, ff Pustaka Bahasa Asing,
Peking, 1967
Kontributor : Sumartono, S.IP
Siapa musuh kita? Siapa sahabat kita? Masalah ini adalah masalah yang nomor
satu pentingnya bagi revolusi. Sebab pokok mengapa semua perjuangan
revolusioner di Tiongkok pada masa lampau sangat kecil hasilnya ialah karena
tidak bisa bersatu dengan sahabat yang sesungguhnya untuk menggempur musuh yang
sesungguhnya. Partai revolusioner adalah penunjuk jalan bagi massa, dan belum
pernah ada revolusi yang tidak gagal apabila partai salah menunjukkan
jalan dalam revolusi. Untuk menjamin agar kita tidak salah menunjukkan jalan
dan pasti mencapai sukses dalam revolusi, tidak boleh tidak harus kita
perhatikan hal bersatu dengan sahabat kita yang sesungguhnya untuk
menggempur musuh kita yang sesungguhnya. Untuk membedakan sahabat yang
sesungguhnya dan musuh yang sesungguhnya, tidak boleh tidak harus kita analisa
secara umum kedudukan ekonomi klas-klas dalam masyarakat Tiongkok serta
sikapnya masing-masing terhadap revolusi.
Bagaimana keadaan
klas-klas di Tiongkok?
Klas tuantanah dan klas komprador. Di Tiongkok setengah jajahan yang
terbelakang ekonominya, klas tuantanah dan klas kompradorsama sekali merupakan
embel-embel burjuasi internasional, yang hidup dan berkembangnya tergantung
kepada imperialisme. Klas-klas ini mewakili hubungan-hubungan produksi yang
paling terbelakang dan paling reaksioner di Tiongkok dan menghambat
perkembangan tenaga produktif Tiongkok. Mereka berlawanan sama sekali dengan
tujuan revolusi Tiongkok. Terutama klas tuantanah besar dan klas komprador
besar selalu memihak imperialisme dan merupakan kaum kontra-revolusioner
ekstrim.Wakil politik mereka ialah golongan penganut negaraisme dan
golongan kanan Kuomintang.
Burjuasi sedang. Klas ini mewakili hubungan-hubungan produksi kapitalis
di kota dan di desa Tiongkok. Yang dimaksudkan dengan burjuasi sedang itu
terutama ialah burjuasi nasional yang bertentangan sikapnya terhadap
revolusi Tiongkok: mereka memerlukan revolusi dan menyetujui gerakan
revolusioner melawan imperialisme dan rajaperang apabila mereka menderita
karena pukulan modal asing dan tindasan rajaperang; tetapi mereka mencurigai
revolusi apabila mereka merasa perkembangan klasnya untuk mencapai
kedudukan burjuasi besar terancam oleh revolusi yang diikutsertai proletariat
Tiongkok secara militan di dalam negeri dan disokong aktif oleh
proletariat internasional di luar negeri. Gagasan politik mereka ialah
membentuk suatu negara yang dikuasai oleh satu klas saja, yaitu burjuasi
nasional. Ada seseorang yang mengaku dirinya “penganut sejati” Tai
Ci-thao [2] menulis dalam Chen Pao [3] Peking:”Angkat
tangan kirimu untuk menghancurkan imperialisme dan anagkat tangan kananmu untuk
menghancurkan Partai Komunis.” Kata-kata ini menggambarkan dilemma dan
kepanikan klas tersebut. Mereka menentang ditafsirkannya Prinsip Kesejahteraan
Rakyat dari Kuomintang menurut ajaran perjuangan klas dan mereka menentang
persekutuan Muomintang dengan Rusia serta diterimanya Kaum Komunis [4] dan
kaum kiri. Tetapi maksud klas ini untuk membentuk satu negara yang dikuasai
oleh burjuasi nasional sekali-kali tidak akan tercapai, sebab situasi dunia
sekarang adalah situasi di mana dua kekuatan besar, revolusi dan
kontra-revolusi, melakukan perjuangan yang penghabisan. Kedua kekuatan besar
ini mengibarkan dua panji besar: yang satu ialah panji merah revolusi, dikibarkan
oleh Internasionale Ketiga yang menyerukan supaya semua klas tertindas di
seluruh dunia berkumpul di mawah panjinya; yang lain ialah panji putih
kontra-revolusioner, dikibarkan oleh Liga Bangsa-bangsa yang menyerukan supaya
semua anasir kontra-revolusioner di seluruh dunia berkumpul di bawah panjinya.
Klas-klas tengah pasti mengalami diferensiasi dengan cepat, sebagian ke kiri
menggabungkan diri dengan kaum revolusioner dan sebagian yang lain akan ke
kanan menggabungkan diri dengan kaum kontra-revolusioner; dan tidak ada ruang
untuk bersikap “bebas” bagi mereka. Maka itu ide burjuasi sedang di Tiongkok
tentang revolusi dengan “bebas” di mana klas mereka memainkan peranan utama
hanyalah suatu khayalan belaka.
Burjuasi kecil. Yang termasuk kategori ini ialah tani pemilik [5] ,
pengusaha kerajinan tangan, intelektuil lapisan bawah – pelajar dan mahasiswa,
guru sekolah menengah dan sekolah dasar, pegawai negeri rendahan, kerani dan
pengacara kecil – pedagang kecil dan sebagainya. Baik ditinjau dari jumlahnya
maupun dari watak klasnya, klas ini patut mendapat perhatian yang sangat besar.
Yang diusahakan oleh tani-pemilik dan pengusaha kerajinan tangan semuanya ialah
ekonomi produksi kecil-kecilan. Meskipun semua lapisan klas ini sama-sama
mempunyai kedudukan ekonomi burjuis kecil, tetapi mereka terbagi menjadi tiga
golongan yang berlainan. Golongan pertama ialah mereka yang mempunyai kelebihan
uang atau beras, yaitu mereka yang setiap tahun mempunyai kelebihan sesudah
pendapatannya dari kerja badan atau kerja otak dipakai untuk kebutuhannya
sendiri. Orang-orang sedemikian sangat besar keinginannya untuk menjadi kaya,
paling rajin menyembahyangi Panglima Cao Kung [6] , dan sekalipun
tidak mengelamununtuk mendapat banyak keuntungan, tapi mereka selalu ingin
memanjat ke kedudukan burjuasi sedang. Mereka berliur tak henti-hentinya
apabila melihat hartawan-hartawan kecil yang dihormati orang. Orang-orang
semacam ini kecut-hati, takut kepada pejabat dan juga agak takut akan revolusi.
Berhubungan dengan kedudukan ekonominya dekat sekali dengan burjuasi sedang,
maka mereka percaya sekali kepada propaganda burjuasi sedang dan bersikap
curiga terhadap revolusi. Golongan ini merupakan minoritet dalam burjuasi kecil
dan adalah sayap kanan dari burjuasi keci. Golongan kedua ialah mereka yang
pada umumnya dapat mencukupi kebutuhannya sendiri di bidang ekonomi.
Golongan ini sangat berbeda dengan golongan yang pertama; mereka juga ingin
menjadi kaya, tetapi Panglima Cao Kung selalu tidak merestui mereka untuk
menjadi kaya. Lagi pula, karena penghisapan dan penindasan kaum
imperialis, rajaperang, tuantanah feodal dan burjuasi komprador besar pada
tahun-tahun belakangan ini, maka mereka merasa bahwa dunia sekarang bukan lagi
dunia dahulu. Mereka merasa tidak akan dapat mempertahankan hidupnya jika
sekarang hanya bekerja sebanyak dulu. Untuk dapat mempertahankan hidupnya
mereka harus memperpanjang jam kerjanya, bangun pagi-pagi, pulang malam dan
lebih hati-hati dalam pekerjaanya. Mereka agak memaki-maki: orang asing
dimakinya sebagai “setan asing”, rajaperang dimakinya sebagai “jenderal
perampok uang” dan gembong lalim setempat dan ningrat jahat [*] dimakinya
sebagai “si kaya yang jahat”. Mengenai gerakan melawan imperialisme dan
rajaperang, golongan ini hanya sangsi apakah gerakan itu pasti berhasil (dengan
alasan bahwa orang asing dan rajaperang tempak begitu hebat), tidak mau ikut
serta dengan begitu saja dan mengambil sikap netral, tetapi sekali-kali tidak
menentang revolusi. Jumlah orang golongan ini banyak sekali, kira-kira merupakan
separo dari jumlah burjuasi kecil. Golongan ketiga ialah mereka yang merosot
kehidupannya. Di dalam golongan ini banyak yang tadinya barangkali termasuk apa
yang disebut orang mampu, berangsung-angusr berubah dari hanya sekedar cukup
saja menjadi semakin merosot penghidupannya. Setiap tutup buku pada akhir
tahun, terkejutlah mereka dengan berkata:”Wah, tekor lagi !” Karena hidup
orang-orang ini dahulu senang, kemudian tiap tahun menurun, hutangnya makin
bertambah dan hidupnya makin menyedihkan, maka mereka “menggigil tanpa
kedinginan bila memikirkan hari depan”. Orang-orang ini merasa sangat tersiksa
batinnya karena adanya kontras antara masa lampau dan masa kini mereka.
Orang-orang ini sangat penting dalam gerakan revolusioner; mereka adalah massa yang
tidak kecil jumlahnya dan merupakan sayap kiri burjuasi kecil. Pada waktu
biasa ketiga golongan burjuasi kecil tersebut berlainan sikapnya terhadap
revolusi, tetapi pada waktu perang, yaitu pada waktu pasang revolusi naik dan
fajar kemenangan sudah tampak, bukan saja golongan kiri burjuasi kecil turut
serta dalam revolusi, tetapi golongan tengahnya juga mungkin turut serta dalam
revolusi dan bahkan elemen-elemen kanannyapun akan terpaksa mengikuti
revolusi karena terbawa oleh arus besar revolusi dari proletariat dan golongan
kiri burjuasi kecil. Apabila kita tinjau dari pengalaman dalam Gerakan 30 Mei
1925 [7]dan gerakan tani di berbagai tempat, kesimpulan ini tidak
salah.
Semi-proletariat. Yang dinamakan semi-proletariat di sini meliputi lima golongan:
(1)sebagian besar dari tani setengah-pemilik [8] , (2) tanimiskin,
(3) tukang kerajinan tangan kecil, (4) pegawai toko-toko [9] ,
dan (5) penjaja. Sebagian terbesar dari tani setengah-pemilik bersama
tanimiskin merupakan massa yang amat besar jumlahnya di desa. Yang
dimaksudkan dengan masalah tani terutama ialah masalah mereka itu. Yang
diusahakan oleh tani setengah-pemilik, tanimiskin dan tukang kerjinan tangan
kecil semuanya ialah ekonomi produksi kecil-kecilan dalam skala yang lebih
kecil lagi. Meskipin sebagian besar dari tani setengah pemilik dan tani miskin
sama-sama tergolong semi-proletariat, tetapi menurut keadaan ekonominya mereka
dapat diperinci lagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah dan
bagian bawah.Tani setengah pemilik itu hidupnya lebih susah daripada
tani-pemilik, karena mereka setiap tahun kekurangan bahan makanan kira-kira
separo dari keperluannya, dan mereka harus menyewa tanah dari orang lain,
menjual sebagian tenaga kerjanya atau berdagang kecil-kecilan untuk menutup
kekurangannya itu. Pada masa paceklik antara musim semi dan musim panas, mereka
harus meminjam uang dengan bunga yang tinggi dan membli bahan makanan dengan
harga yang mahal, maka keadaannya sudah tentu lebih sukar dari pada
tani-pemilik yang tidak memerlukan bantuan orang lain, tetapi lebih baik
daripada tani miskin.Sebab tani miskin tidak mempunyai tanah, dan meskipun
setiap tahun bercocok tanam, yang didapatkan hanya separo atau bahkan tidak
sampai separo dari hasil panennya, sedangkan tani setengah pemilik meskipun
dari tanah yang disewanya hanya mendapat separo atau tidak sampai separo
dari hasil panennya, tetapi dari tanah miliknya sendiri bisa mendapat seluruh
hasil panen. Maka itu tani setengah pemilik lebih revolusioner daripada tani
pemilik, tetapi kurang revolusioner daripada tanimiskin. Tanimiskin
adalah tani penyewa di desa yang dihisap oleh tuantanah. Menurut kedudukan
ekonominya, mereka terbagi pula atas dua bagian. Satu bagian di antaranya
mempunyai alat pertanian yang agak cukup dan sejumlah dana yang lumayan. Kaum
tani semacam ini bisa mendapat separo dari hasil kerjanya setiap tahun. Untuk
menutup kekurangannya, mereka dapat menanam polowijo, menangkap ikan atau
udang, memelihara ayan atau babi, atau menjual sebagian tenaga kerja, dengan demikian
mereka mereka mempertahankan hidupnya dengan susah payah, dan dalam keadaan
sulit dan serba kekurangan mereka berharap dapat menyambung hidup sampai akhir
tahun. Maka hidup mereka itu lebih sukar daripada tani setengah pemilik, tetapi
kurang revolusioner daripada golongan tanimiskin yang lain.Yang
dimaksudkan golongan tanimiskin yang lain itu ialah mereka yang tidak cukup
mempunyai alat pertanian, tidak mempunyai dana, rabuknyapun kurang, hasil
tanahnya kurang baik dan tinggal tidak seberapa lagi setelah dibayarkan untuk
sewa tanah., maka mereka lebih perlu menjual sebagian tenaga kerjanya. Di waktu
paceklik, mereka mengharapkan belas kasihan dan minta tolongan kepada sanak
saudara dan sahabat supaya dipinjami beberapa gantang atau cupak padi-padian
sekedar untuk mengisi perut barang tiga atau lima hari; hutangnya
bertumpuk-tumpuk seperti beban berat di atas punggung sapi. Mereka itu adalah
orang yang amat susah penghidupannya di kalangan kaum tani dan mudah sekali
menerima propaganda revolusioner. Tukang kerajinan tangan kecil dinamakan
semi-proletar, sebab meskipun mereka memiliki alat-alat produksi sendiri yang
sederhana dan pekerjaannya terhitung pekerjaan merdeka, tetapi merekapun sering
terpaksa menjual sebagian tenaga kerjanya dan kedudukan enominya hampir sama
dengan tanimiskin desa. Tanggungan keluarganya berat, upahnya tidak
setimpal dengan beaya penghidupan, dan tekanan kemelaratan dan ancaman
pengangguran selalu terasa olehnya; dalam hal ini mereka pada umumnya sama
dengan tanimiskin. Pegawai toko ialah pekerja upahan dalam toko , yang
menghidupi keluarga dengan gaji yang sedikit sekali , yang biasanya hanya
mendapat kenaikan gaji sekali dalam beberapa tahun sedangkan harga barang
naik tiap tahun. Jika kebetulan kita bercakap-cakap dengan mereka dari
hati ke hati, terdengarlah keluh kesahnya yang tidak habis-habis. Kedudukannya
tidak banyak berbeda dengan tanimiskin dan tukang kerajinan tangan kecil,
sehingga propaganda revolusioner sangat mudah diterimanya. Penjaja, baik yang
menjaja berkeliling maupun yang berjualan di tepi jalan, semuanya bermodal
kecil, keuntungannya tipis dan kurang sandang pangan. Kedudukan mereka tidak
banyak berbeda dengan tanimiskin, dan sama halnya dengan tani miskin mereka
membutuhkan revolusi untuk mengubah keadaan sekarang.
Proletariat. Proletariat industri modern terdiri dari kira-kira dua juta orang.
Berhubung dengan keterbelakangnya ekonomi Tiongkok, maka kaum proletar
industri modern tidak banyak jumlahnya. Buruh industri yang lebihkurang dua
juta itu terutama ialah buruh dari lima macam industri, yaitu keretaapi,
pertambangan, pengangkutan laut, tekstik dan pembuatan kapal; dan sejumlah yang
sangat besar di anataranya diperbudak dalam perusahaan modal asing. Meskipun
tidak banyak jumlahnya, proletariat industri mewakili tenaga produktif yang
baru di Tiongkok, merupakan klas yang paling progresif di Tiongkok modern dan
menjadi kekuatan memimpin dalam gerakan revolusioner. Pentingnya
kedudukan proletariat industri dalam revolusi Tiongkok dapat kita ketahui dari
kekuatan yang mereka perlihatkan dalam gerakan pemogokan pelaut [10] ,
pemogokan buruh kereta api [11] , pemogokan buruh tambang
batubara [12] , pemogokan buruh di Shamién [13] serta
pemogokan besar di Shanghai dan Hongkong [14] sesudah
Peristiwa 30 Mei. Sebab pertama mengapa mereka bisa menempati kedudukan
demikian ialah terpusatnya mereka. Golongan lain yang manapun tidak begitu
terpusat seperti mereka. Mereka telah kehilangan alat produksinya, tinggal
mempunyai dua belah tangan saja, sudah putus harapan untuk menjadi kaya dan
lagi pula diperlakukan dengan kejam sekali oleh kaum imperialis, rajaperang dan
burjuasi. Itulah sebabnya mengapa mereka teristimewa militan. Kekuatan kaum
kuli di kota juga sangat patut diperhatikan. Mereka kebanyakan terdiri dari
buruh pengangkut di pelabuhan dan tukang angkong; pengeduk jamban dan tukan
sapu jalan juga termasuk golongan ini. Mereka tidak memiliki apa-apa kecuali
kedua belah tangan, kedudukan ekonominya mirip dengan buruh industri, tetapi
tidak begitu terpusat dan begitu penting peranannya dalam produksi seperti
buruh industri.. Di Tiongkok masih sedikit pertanian kapitalis modern. Yang
dimaksudkan proletariat desa ialah buruh tani yang menjadi buruh tetap,
buruh bulanan atau buruh lepas. Buruh tani semacam itu bukan saja tidak
memiliki tanah, tetapi juga tidak memiliki alat pertanian, bahkan tidak
mempunyai dana sedikitpun, maka mereka tidak bisa lain kecuali hidup memburuh.
Dibandingkan dengan buruh yang lain, jam kerjanya lebih panjang, upahnya lebih
rendah, syarat-syarat hidupnya lebih buruk dan pekerjaannya lebih tidak
terjamin. Orang-orang ini terhitung yang paling menderita di desa dan menempati
kedudukan yang sama pentingnya dengan tani miskin dalam gerakan tani.
Selain dari itu masih terdapat kaum proletar-gelandangan yang tidak kecil
jumlahnya, terdiri dari kaum tani yang kehilangan kesempatan bekerja. Mereka
itu paling terombang-ambing penghidupannya di antara manusia. Mereka mempunyai
perkumpulan rahasia di mana-mana, misalnya San He Hui di provinsi-provinsi
Fucién dan Kuangtung, Ke Lao Hui di provinsi Hunan, Hupei, Kuicou dan Sechuan,
Ta Tao Hui di provinsi-provinsi Anhui, Henan, dan Shantung, Cai Li Hui di
provinis Celi dan tiga provinsi timur laut [**] serta Ching Pang di Shanghai
dan di tempat-tempat lain [15] , kesemuanya itu pernah
merupakan organisasi-organisasi saling bantu dalam perjuangan politik dan
ekonomi mereka. Bagaimana memperlakukan orang-orang itu merupakan salah satu
soal yang sulit di Tiongkok.Mereka bisa berjuang dengan gagah berani, tetapi
mempunyai sifat merusak; mereka bisa menjadi kekuatan revolusioner jika
dibimbing dengan tepat.
Dari uraian di atas dapatlah diketahui bahwa semua yang
bersengkongkol dengan imperialisme – rajaperang, birokrat, klas
komprador, klas tuantanah besar dan bagi kaum intelektuil yang reaksioner yang
bergantung pada mereka – adalah musuh kita. Proletariat industri adalah
kekuatan memimpin dalam revolusi kita. Seluruh semi-proletariat dan burjuasi
kecil adalah sahabat kita yang terdekat. Adapun burjuasi sedang yang bimbang
itu, sayap kanannya mungkin menjadi musuh kita, sayap kirinya mungkin menjadi
sahabat kita – tetapi kita harus selalu berjaga-jaga jangan sampai mereka
mengacaukan front kita.
2). Tai Ci-thao pada masa mudanya masuk Kuomintang dan pernah bersama Ciang
Kai-sék melakukan spekulasi bursa. Setelah Sun Yat-sen meninggal pada tahun
1025, ia melakukan hasutan anti Komunis sebagai persiapan mental untuk kudeta
kontra-revolusioner Ciang Kai-sék pada tahun 1927. Dalam waktu yang lama ia menjadi
kaki tangan Ciang Kai-sék yang setia dalam kontra-revolusi. Pada bulan Pebruari
1949 ia membunuh diri karena putus harapan melihat kekuasaan Ciang Kai-sék
telah mendekati keruntuhannya.
3). Chen Pao (Harian Pagi) adalah organ Lembaga Peneliti
Pemerinatahan Konstitusionil – salah satu organisasi politik yang pada waktu
itu mendukung kekuasaan rajaperang-rajaperang Utara di lapangan politik.
4). Pada tahun 1923, dengan bantuan Partai Komunis Tiongkok, Sun Yat-sen
mengambil pekutusan untuk mengorganisasi Kuomintang, mengadakan kerjasama
Kuomintang-Komunis dan menerima orang-orang Komunis masuk Kuomintang.
Selanjutnya pada bulan Januari 1924 ia menyelenggarakan Kongres Nasional Ke-I
Kuomintang di Kuangcou dan dalam Kongres itu ia menetapkan Tiga Politik Besar,
yaitu bersekutu dengan Rusia, bersatu dengan Partai Komunis dan membantu tani
dan buruh. Kawan Mao Ce-tung serta Li Ta-cao, Li Po-chü, Chü chiu-pai dan
kawan-kawan lainnya juga menghadiri kongres tersebut dan memainkan peranan yang
penting sekali dalam membantu Kuomintang menempuh jalan revolusioner. Beberapa
di antara kawan-kawan itu dipilih sebagai anggota atau calon anggota Komite
Eksekutif Pusat Kuomintang.
5). Yang dimaksud Kawan mao Ce-tung di sini ialah tani-sedang.
6). Panglima Cao Kung adalah Cao Kung-ming, dewa kekayaan dalam dongeng
rakyat Tiongkok.
7). Yang dimaksudkan dengan Gerakan 30 Mei ialah gerakan anti imperialis
yang dilancarkan oleh rakyat seluruh negeri pada tahun 1925 untuk memprotes
terhadap pembunuhan rakyat Tiongkok oleh polisi Inggris di Shanghai pada
tanggal 30 Mei tahun itu. Dalam bulan Mei 1925 berturut-turut terjadi pemogokan
buruh besar-besaran di pabrik tekstil milik Jepang di Chingtao dan Shanghai.
Pemogokan ini ditindas oleh kaum imperialis Jepang dan kakitangan-kakitangannya
– rajaperang-rajaperang Utara. Pada tanggal 15 Mei pemilik pabrik tekstik
Jepang di Shanghai menembak mati seorang buruh bernama Ku Ceng-hung dan melukai
belasan buruh lainnya. Pada tanggal 28 bulan itu delapan buruh di
Chingtao dibunuh oleh pemerintah reaksioner. Pada tanggal 30 Mei lebih dari
2.000 orang pelajar dan mahasiswa Shanghai melakaukan propaganda di
konsesi-konsesi asing untuk menyokong kaum buruh dan menyerukan supaya
konsesi-konsesi asing direbut kembali. Kemudian terhimpun massa lebih dari
10.000 orang dan dipekikkanlah semboyan-semboyan seperti “Hancurkan
imperialisme!” dan “Besatulah rakyat deluruh Tiongkok!” di depan kantor polisi
konsesi Inggris. Polisi imperialis Inggris lalu melepaskan tembakan, sehingga
banyak pelajar dan mahasiswa tewas dan luka-luka. Peristiwa ini terkenal
sebagai pembunuhan 30 Mei. Sesudah terjadi peristiwa pembunuhan secara
besar-besaran ini segera bangkitlah amarah rakyat seluruh Tiongkok
dan di mana-mana terjadi demonstrasi, pemogokan buruh, pemogokan pelajar dan
mahasiswa dan pemogokan pedagang, dengan demikian timbullah suatu gerakan
anti-imperialis yang besar sekali.
8). Yang dimaksudkan Kawan Mao Ce-tung di sini ialah kaum tani melarat yang
sebagian dari tanah garapannya adalah miliknya sedniri dan sebagian lainnya
tanah sewaan.
9). Pegawai toko di Tiongkok terdiri dari lapisan yang berlainan. Yang
dimaksudkan Kawan Mao Ce-tung di sini ialah lapisan yang terbanyak jumlahnya di
antara pegawai toko. Ada juga lapisan bawah dari pegawai toko yang hidup sebagai
kaum proletar.
10). Yang dimaksud ialah pemogokan pelaut di Hongkong dan pemogokan kelasi
di sungai Yangce pada awal tahun 1922. Pemogokan pelaut di Hongkong
bertahan 8 minggu lamanya, dan sesudah melalui perjuangan berdarah yang sengit,
akhirnya penguasa imperialis Ingris di Hongkong terpaksa setuju menaikkan
upah, mencabut larangan terhadap serikat buruh, melepaskan buruh yang ditangkap
dan membayar uang duka kepada keluarga buruh yang menjadi korban. Selanjutnya
kelasi di sungai Yangce melakukan pemogokan yang bertahan dua minggu lamanya
dan mencapai kemenangan juga.
11). Segera setelah didirikan pada tahun 1921, Partai omunis Tiongkok lalu
mengorganisasi buruh keretaapi. Pada tahun 1922 dan 1923 di berbagai jalan
keretaapi yang penting terjadi aksi-aksi pemogokan di bawah pimpinan Partai
Komunis. Di antaranya yang paling terkenal ialah pemogokan umum
buruh Jalan Keretaapi Peking-Hangkhou pada tanggal 4 Pebruari 1923 untuk
memperjuangkan kebebasan membentuk gabungan serikat buruh. Pada tanggal 7 Pebruari
rajaperang-rajaperang Utara Wu Phei-fu dan Siao Yao-nan yang disokong oleh
imperialisme Inggris dengan kejam membunuh buruh yang mogok. Peristiwa ini
terkenal dalam sejarah sebagai Pembunuhan 7 Pebruari.
12). Tambang batubara Khailuan ialah nama gabungan dari daerah-daerah
tambang batubara besar Khaiphing dan Luancou yang letaknya berdekatan
diprovinsi Hepei dan pada waktu itu mempunyai buruh 50.000 orang lebih. Di
dalam masa gerakan Yi He Thuan tahun 1900 kaum imperialis Inggris merampas
Tambang Batubara Khaiphing. Orang Tiongkok lalu membentuk Kongsi Tambang
Batubara Luancou, tapi kemudian digabungkan ke dalam Pusat pertambangan
Khailuan, maka kedua tambang itu dikekangi sedniri oleh imperialisme Inggris.
Yang dimaksudkan dengan pemogokan Khailuan ialah pemogokan yang terjadi
dalam bulan Oktober 1922. Tambang batubara Ciaocuo yang terletak dibagian utara
provinsi Henan adalah juga daerah tambang batubara terkenal di Tiongkok. Yang
dimaksudkan pemogokan di Ciaocuo ialah pemogokan yang berlangsung dari tanggal
1 Juli sampai 9 Agustus 1925.
13). Pada waktu itu Shamién adalah konsesi imperialis Inggris di
Kuangcou. Pada bulan Juli 1924 kaum imperialis Inggris yang menguasai
Shamién mengumumkan peraturan polisi yang baru, yang mengharuskan orang Tiongkok
di Shamién membawa pas-jalan berfoto waktu keluar-masuk daerah itu, tetapi
orang asing boleh keluar-masuk dengan bebas. Kaum buruh Shamién melancarkan
pemogokan pada tanggal 15 Juli untuk memprotes tindakan yang tidak semena-mena
itu. Akhirnya kaum imperialis Inggris terpaksa mencabut peratutan tersebut.
14). Sesudah Peristiwa 30 Mei 1925 di Shanaghai, mulailah pemogokan umum di
Shanghai pada tanggal 1 Juni dan pemogokan umum di Hongkong pada tanggal 19
Juni. Yang ikut serta pemogokan di Shanghai lebih dari 200.000 orang, dan di
Hongkong lebih dari 250.000 orang. Dengan mendapat sokongan rakyat seluruh
negeri, pemogokan besar di Hongkong berlangsung sampai satu tahun empat bulan
lamanya dan merupakan pemogokan yang paling lama dalam sejarah gerakan buruh dunia.
15). San He Hui (Serikat Tiga Serangkai), Ke Lao Hui (Serikat Saudara), Ta
Tao Hui (Serikat Pedang Besar), Cai Li Hui (Serikat Susial) dan Ching Pang
(Perkumpulan Hijau), semuanya perkumpulan rahasia yang primitif di kalangan
rakyat. Anggota-anggota dari organisasi-organisasi itu terutama terdiri dari
kaum tani yang sudah bangkrut, tukang kerajinan tangan yang menganggur dan kaum
proletar-gelandangan. Pada jaman feodal Tiongkok elemen-elemen itu sering
membentuk organisasi yang beraneka warna namanya berdasarkan
pertalian agama atau takhayul dengan corak patriarchal, di antaranya ada
yang mempunyai senjata. Organisasi-organisasi semacam ini dugunakan
mereka untuk saling membantu dalam penghidupan masyarakat, dan ada kalanya
digunakan untuk melakukan perjuangan melawan kaum birokrat dan tuantanah yang
menindas mereka. Tetapi nyata sekali bahwa organisasi-organisasi yang
terbelakang semacam itu tidak bisa memberi jalan keluar kepada kaum tani
dan tukanag kerajinan tangan. Lagi pula organisasi-organisasi tersebut
kadang-kadang mudah dikendalikan dan ditunggangi oleh tuantanah dan
kekuatan jahat lainnya, tambahan pula organisasi-organisasi itu mempunyai
sifat merusak secara membabi-buta, maka di antaranya ada yang berubah menjadi kekuatan
revolusioner. Ketika Ciang Kai-sék melakukan kudeta kontra-revolusioner pada
tahun 1927, organisasi-organisasi yang terbelakang itu dipergunakannya sebagai
alat untuk merusak persatuan rakyat pekerja dan mensabot revolusi. Setelah
kekuatan proletariat industri modern bangkit dan tumbuh dengan subur, kaum tani
di bawah pimpinan klas buruh berangsur-angsur membentuk organisasi-organisasi
tipe baru sepenuhnya, maka terus hidupnya organisasi-organisasi yang primitif
dan terbelakang itu hilanglah artinya.
Keterangan Penerjemah :
[*] yang dimaksud dengan gembong lalim setempat adalah tuan tanah, tani
kaya, pejabat-pejabat yang telah meletakkan jabatannya, orang-orang kaya dan
lain sebagainya yang berbuat sewenang-wenang di desa-desa dalam masyarakat lama
Tionkok. Yang dimaksud dengan ingrat jahat adalah orang-orang di antara mereka
yang agak berpengetahuan serta yang agak tinggi kedudukan politik dan
sosialnya. Gembong lalim setempat dan ningrat jahat adalah wakil-wakil
politik klas tuantanah di daerah. Mereka mengendalikan kekuasaan setempat,
memonopoli peradilan, melakukan korupsi dan kejahatan-kejahatan lainnya serta
menggencet rakyat.
[**] Celi adalah nama lama provinsi Hepei. Tiga provinsi timur laut ialah
provinsi-provinsi Liaoning, Cilin dan Heilunciang di Tiongkok Timurlaut.
https://www.marxists.org/indonesia/reference/mao/1926-Analisa.htm
[1]
Artikel ini ditulis oleh
Kawan Mao Ce-tung untuk menentang dua penyelewengan yang terdapat dalam Partai
pada waktu itu. Penyelewengan pertama, dengan Chen Tu-siu sebagai wakilnya,
hanya memperhatikan kerja sama dengan Kuomintang saja dan lupa akan kaum tani;
ini adalah oportunisme kanan. Penyelewengan kedua dengan Cang Kuo-thao sebagai
wakilnya, hanya memperhatikan gerakan buruh saja dan lupa akan kaum tani; ini
adalah oportunisme “kiri”. Kedua oportunisme itu sama-sama merasa kekuatannya
sendiri tidak cukup, tetapi tidak tahu dari mana dicarinya kekuatan dan dari
mana pula didapatkan sekutu yang luas. Kawan Mao Ce-tung menunjukkan bahwa
sekutu proletariat Tiongkok yang paling luas dan paling setia adalah kaum
tani, dengan demikian telah memecahkan masalah tentang sekutu yang terutama
dalam revolusi Tiongkok. Selain itu Kawan Mao Ce-tung juga sudah dapat melihat
bahwa burjuasi nasional pada waktu itu adalah suatu klas yang bimbang dan
mereka akan mengalami deferensiasi pada waktu pasangnya revolusi, sayap
kanannya akan menyeberang ke fihak imperialisme. Hal itu telah dibuktikan oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam tahun 1927.